Minggu, 19 November 2017

CERPEN KELUARGA NUSA

Sepotong Cerita KELUARGA NUSA Derit pintu pagar depan rumah yang terbuat dari kayu tergeser dihempas angin. Daun pintu yang sudah terlihat lapuk dimakan rayap itu terombang- ambing menahan angin. Rumah yang terlihat berpagar itu ternyata hanya sebagian, itu pun hanya berderet dengan pintu gerbang, selebihnya hanya patok dan alam yang menjadi pagar. Dari atas terlihat rumah itu bagaikan kilau zamrud yang memantulkan cahaya. Keindahanya membuat mata terpesona hendak memilikinya. Kesohoran panorama alam yang menghiyasinya laksana gaun pengantin puteri raja. Syahdan banyak pelancong yang betah tinggal di rumah itu. Dan ini sebuah keuntungan bagi pemilik rumah. Mereka para pelancong, menyewa kamar-kamar yang tersedia. Inilah pemasukan utama keluarga besar Bapak Nusa. Kehidupan keluarga Nusa tidak banyak bergantung pada teknologi import, turun temurun bercocok tanam, berkebun, bertani di ladang-ladang menjadi nelayan di sekitaran rumah. Halaman yang begitu luas sangat cukup menghidupi semua keluarga besarnya. Apa yang tidak tersedia di rumah tetangga ada semua diberanda rumah keluarga Nusa. Dengan alat dan kecerdasan yang ada pada keluarga. Semaksimal mungkin Bapak Nusa mendayagunakan keahlian kerabat dan sanak family untuk kesejahteraan dan kehidupan bersama mengolah lahan yang tersedia. Meskipun tanpa kemajuan yang diharapkan seperti para tetangganya. Keluarga Nusa tetap sabar dengan menikmati hasil dari ladang sendiri tanpa campur tangan tetangga. Bahkan keluarga Nusa tidak pernah mengeluh akan kesejahteraan. Berbeda dengan tuntutan tetangga Bapak Nusa, selalu demonstrasi menuntut kemakmuran-kemakmuran belaka. Dengan kemandirian yang ditopang keberkahan dari Tuhan Yang Maha Esa. Keluarga Bapak Nusa jarang terjadi keributan antara saudara. Dengan hati tanpa iri dan dengki, semua anggota keluarga sudah saling berbagi tanpa aturan yang dibubuhi materai, apa lagi pakai sidang ketok palu segala. Sopan-santun yang tercermin dari keluarga Nusa sangat terlihat, jika moral yang ia terapkan bersumber pada agama, bukan filsafat hasil akal-akal manusia. Persis seperti apa yang terjadi di Indonesia yaitu berasaskan Pancasila wujud dari sila pertama. Btg14 November 2017 Hsn

google-site-verification: google0a459c5ae92c6f5c.html

google-site-verification: google0a459c5ae92c6f5c.html